Daftar Isi Contoh Aplikasi VB
.:: Assalammualaikum Wr.Wb, Selamat datang dan Semoga bermanfaat ::.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.” [HR Muslim No. 4912]

Carilah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu merupakan pendekatan diri kepada Allah Azza ajalla, mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah amal sedekah. sesungguhnya, ilmu pengetahuan menempatkan orangnnya dalam kedudukan terhormat dan mulia. ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya didunia dan diakhirat. [H.R. Ar-Rabii]
gravatar

penghuni syurga yang berjalan dibumi

Makna nama Allah swt al-Salâm (Yang Maha Sejahtera) ialah Dia yang zat-Nya bebas dari segala cela, sifat bersih dari segala kekurangan dan perbuatannya tak tersentuh keburukan sama sekali. Dengan demikian tidak ada keselamatan, keterhindaran dari aib dan keburukan kecuali bersandar pada-Nya dan bersumber dari-Nya. Demikian uraian al-Imam al-Ghazâlî dalam al-Maqâshid al-Asnâ fî Syarh Asmâ Allâh al-Husnâ.


‘Ubûdiah (penghambaan) yang sempurna terhadap Allah swt melalui nama al-Salâm ditegakkan melalui tiga aspek, yaitu: qalbu, lisan dan perbuatan. Penghambaan melalui qalbu diwujudkan dengan cara hati penyaksian secara ilmu dan kasyf (penyingkapan ruhani)  manifestasi al-Salâm dalam berbagai derajat penciptaan, baik alam material (mulk) maupun non material (malakût). Terlihatlah dalam pandangan batinnya ketidakberdayaan seluruh mahluk dan tunduk patuhnya mereka dalam gerak dan diam mengikuti hukum dan ketentuan Allah (taslîm). Hal ini membuat hatinya bersih dari iri, dengki, riya, ujub, takabur, niat jelek terhadap hamba Allah lainnya, karena bahaya, celaka, suka, duka, lapang, sempit semua berpulang qadhâ dan qadar Allah Ta’ala semata. Tidak ada kezaliman sedikit pun pada perbuatan-perbuatan Allah. Seluruh perbuatan-Nya mempesona. Dia yang mengeluarkan mahluk dari kegelapan ketiadaan menuju cahaya keberadaan melalui penciptaan. Dia memakaikan jubah keindahan pada berbagai bentuk kejadian mereka. Dia menuntun mereka menempuh jalan panjang untuk berjumpa dengan-Nya dan menganugerahkan kesejahteraan abadi dalam pertemuan dengan-Nya. Mengalirlah mutiara kesadaran akan ketakberdayaan dan harapan limpahan keselamatan ini dalam untaian ‘ubudiah lisannya

‘‘Ya Allah, Engkaulah Sang Maha Sejahtera, dari-Mu datangnya kesejahteraan. Maha berkah Engkau, wahai Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan.’’
Tahiyyât dan salam yang selalu kita baca ketika shalat mencerminkan kesadaran ini. Berdirinya kita dalam shalat di hadapan al-Salâm sebagai hamba yang miskin yang apa pun yang ada di langit dan bumi, termasuk kita adalah milik Allah dan kita selalu berharap keselamatan dan kesejahteraan dari-Nya.
Pada waktu mengucapkan salam untuk mengakhiri shalat, mengiringi ucapan assalâmu’alaikum (semoga keselamatan tercurah bagimu) tadi hendaknya kita bertekad  bahwa dari kita lah pertama-tama terlihat keselamatan untuk saudara kita itu, yaitu ia akan aman selama-lamanya dari kejahatan kedengkian hati kita, gunjingan dan cacian lisan kita serta kezaliman tangan dan kaki kita.

‘Ubudiah perbuatan dilakukan dengan cara menjaga mata, telinga, mulut, lidah, tangan dan kaki dari menyakiti orang lain. Bersabda Nabi saw, "Seorang Muslim adalah ia yang seluruh kaum muslim bebas dari gangguan lidah dan tangannya." (HR. Muslim dari Jabir ra). Juga dengan menebarkan salam. Nabi saw bersabda, "Kalian tidak masuk surga hingga kalian beriman, kalian tidak beriman hingga kalian mencintai satu sama lain. Maukah aku beritahukan sesuatu yang jika kalian laksanakan maka kalian akan saling mencintai? Yaitu sebarkanlah salam di antara kalian." (HR. Muslim dari Abu Hurairah ra)
Orang yang sanggup mengosongkan hatinya dari kedengkian terhadap sesama saudaranya yang muslim adalah penghuni surga yang berjalan di muka bumi. Sebuah riwayat dari Anas bin Malik ra menceritakan hal ini.

Anas berkata: Pada suatu hari kami duduk di sisi Rasulullah saw lalu beliau bersabda, "Akan muncul sekarang kepada kalian, dari lorong ini, seorang laki-laki penghuni surga." Lalu muncullah seorang laki-laki dari kalangan Anshar yang sedang menyeka air wudhu dari jenggotnya, sambil tangan kirinya menenteng kedua sandalnya. Keesokan harinya, kembali Rasulullah saw  mengatakan seperti kemarin lalu muncul orang itu lagi. Hari ketiga pun demikian. Setelah Nabi saw pergi, Abdullah bin ‘Amr bin al-’Ash pun mengikuti laki-laki tersebut." Aku sedang bertengkar dengan ayahku dan aku bertekad untuk tidak bertemu dengannya selama tiga hari. Tidak berkeberatan kah engkau untuk menampungku selama tiga hari?" tanya Abdullah bin ‘Amr. Laki-laki itu menjawab,"Ya".

Berkata Anas: Menginaplah Abdullah di rumahnya selama tiga malam. Selama tiga malam itu tidak terlihat laki-laki tersebut menegakkan shalat malam. Hanya saja, tiap kali ia terbangun dan membalikkan tubuhnya ia berdzikir menyebut nama Allah Azza wa Jalla dan bertakbir. Laki-laki itu baru bangun untuk shalat subuh. Abdullah bin ‘Amr berkata, "Tapi aku tidak pernah mendengar ia berkata kecuali hanya kebaikan. Setelah berlangsung tiga malam dan aku pun hampir menyepelekan amalnya, aku pun berkata, Wahai hamba Allah, aku sebenarnya tidak sedang bertengkar dan menjauh dari ayahku, akan tetapi aku mendengar Rasulullah saw mengatakan mengenai dirimu sebanyak tiga kali. Yaitu, akan muncul kepada kalian seorang laki-laki penghuni surga, lalu muncullah engkau. Dan itu berulang tiga kali. Aku ingin menginap di tempatmu untuk melihat apa yang menjadi amalmu agar dapat aku tiru. Ternyata aku tidak mendapati engkau melakukan banyak amal. Lantas apa yang membuatmu mencapai apa yang dikatakan Rasulullah saw itu?" Lalu laki-laki itu menjawab, "Tidak ada yang lain, selain yang engkau saksikan itu." Ketika aku meninggalkannya, ia memanggil aku, kemudian ia berkata, "Tidak ada amalku selain yang engkau lihat, hanya saja aku sama sekali tidak punya rasa benci dan dengki terhadap kebaikan yang Allah berikan kepada seorang muslim". Abdullah bin ‘Amr berkata, "Justru itu yang membuatmu mencapai tingkatan itu, dan itu pula yang kami tidak mampu melakukannya". (HR. Ahmad, berkata Syu’aib al-Arnauth: sanadnya shahih berdasarkan syarat al-Bukhari dan Muslim)


<Ustadz Abdul Hakim S.Si   - Pemateri Tazkiyatun Nafs pada Kajian Lepas Kerja Daarut Tauhiid Jakarta>
sumber : http://dtjakarta.or.id/artikel-islami/100-penghuni-syurga-yang-berjalan-di-bumi

Chart

pengunjung

pots populer

Pengikut